Intelektual Muda Fisipol (IMF) UGM dan Korps Mahasiswa Politik dan Pemerintahan (Komap) UGM mempersembahkan:
Terbukanya kesempatan politik dalam
konteks demokratisasi telah membawa dinamika mendasar dalam relasi sosial
politik di Indonesia. Struktur kesempatan politik yang terbuka lebar memberikan
peluang bagi muncul dan berkembangnya organisasi berbasis keagamaan yang tidak
hanya menawarkan alternatif ideologis melainkan juga harus dilihat sebagai
terbukanya konflik dan gesekan-gesekan baik pada tataran ideologis maupun dalam
ranah praktis. Upaya merekonstruksi dan memetakan pengembangan jaringan
organisasi berbasis ideologi keagamaan yang ada menjadi kesulitan tersendiri
manakala kita belum mampu memahami anatomi organisasional dan muatan ideologis
yang dianutnya.
Dalam
konteks itu, organisasi Jaringan Islam Liberal (JIL) yang belakangan menjadi
kontroversi di level akar rumput (grassroot)
harus diletakkan dalam kerangka pemahaman yang kritis sekaligus refleksif.
Pemahaman yang kritis terhadap gerakan ini memungkinkan kita mampu
mendudukkannya secara ideologis dengan acuan perspektif yang kita anut. Sejauh
mana perspektif kita mampu menjangkau pemahaman kritis ini akan membawa
implikasi pada bagaimana kita memperlakukan dan memandang JIL dalam konteks
sesat tidaknya organisasi ini. Pemahaman refleksif dalam konteks anatomi JIL
memungkinkan kita mampu membaca tantangan yang ada sekaligus membentengi diri
di tengah derasnya arus sekularisasi dan liberalisasi agama. Refleksi kritis
atas sejauh mana kita mampu membendung ekses teologis inilah yang semestinya
diketengahkan lebih lanjut.
0 komentar:
Posting Komentar